"Kita jalani dulu aja
ya.. Yang penting kita masih bisa bersama.. Tapi kita kudu siap membunuh
perasaan kita.. Kelak kalo masing-masing sudah menemukan pasangan yang
keyakinannya sama".
Itu kalimat yang biasanya
jadi motivasi para pasangan beda agama untuk tetap bersama. Tanpa perlu
mikir panjang, udah keliatan mereka berdua bakal bunuh-bunuhan. Iya,
yang dibunuh adalah perasaan. Hihihi.. Tapi tetap juga ada yang nekat
menjalani hubungan beda keyakinan sampe ke pelaminan. Cuma, untuk
sebagian agama, itu dilarang untuk dilakukan.
Oke, gak perlu basa-basi
lagi. Gue hari ini mau bahas tentang tipe-tipe pacaran yang bakal susah
untuk diperjuangkan. Kayaknya semua hubungan pacaran, tetap butuh
perjuangan sih. Tapi untuk beberapa tipe yang bakal gue bahas di bawah,
memerlukan perjuangan ekstra. So, buat yang mungkin ngalamin hubungan
serupa, siap-siap aja ya~ Kalo kalian ngerasa gak siap, mending jangan
dibaca. MarKiDot!
1. Pacaran Beda Keyakinan
Seperti yang udah gue
bilang di pembuka postingan ini. Sebagian pelaku pacaran beda keyakinan
mungkin lebih condong mengejar kesenangan. Senang untuk bisa bersama dan
sayang-sayangan, senang untuk saling mencinta dan mesra-mesraan.
Seolah-olah mereka nggak sadar apa yang udah menanti di depan.
Menurut gue, pacaran beda
keyakinan itu analoginya kayak elo nanem bibit kacang di tanah. Terus,
di atas bibit yang tumbuh itu elo tutupin sama tabung kaca. Dengan
harapan, bibit kacang yang mulai tumbuh itu tadi nggak bisa membesar dan
menjalar ke mana-mana. Tapi kalo misal kalian bener-bener praktekin
eksperimen di atas, sudah pasti makin lama kalian biarin bibit kacang
itu tumbuh dan mulai membesar, gelas kaca itu pasti akan mulai retak dan
pecah.
Itu baru soal bibit
kacang. Bayangin kalo ini soal hati. Emang semudah itu mengendalikan
perasaan yang tumbuh di hati? Menjalar dan mengalir di setiap urat nadi.
Merambah otak dan menghilangkan kesadaran diri?
Kayaknya bullshit banget
kalo ada orang yang mau ngejalanin pacaran serius, terus sudah
merencanakan juga kapan mereka akan berpisah. Karena sesakit-sakitnya
ditinggalin, diputusin, dikhianatin, bakal lebih sakit lagi kalo
terpaksa berpisah, membunuh perasaan yang masih sama-sama menggebu,
karena perbedaan keyakinan yang nggak mungkin bisa menyatu.
Mengutip dialog di film
CIN(T)A nih. Jadi ceritanya ada dua orang yang berpacaran beda
keyakinan. Salah satu di antara mereka meminta kekasihnya untuk ikut
masuk ke dalam keyakinannya, terus pasangannya itu ngejawab,
"Kalo Tuhan aja bisa aku khianatin, apalagi kamu kelak?".#Jleb
Terus, contoh lainnya misal elo menjalani hubungan beda agama, mungkin bisa aja bilang ke pasangan:
"Yuk.. masuk ke agamaku.. Biar kita bisa menyatu sampe punya anak cucu.."
Terus, gimana kalo si dia ngejawab:
"Sekarang gimana kalo aku balik pertanyaan kamu. Maukah kamu pindah ke agamaku.. biar kita bisa menyatu sampe punya anak cucu?"
Urusan keyakinan tentunya
nggak semudah pindah sekolah atau pindahan rumah. Karena itu
hubungannya ke kehidupan setelah mati. Pertaruhan keyakinan yang akan
dibawa sebagai bekal saat udah nggak hidup lagi. Maukah kamu
mengkhianati Tuhanmu yang sudah memberikan kehidupan, rezeki,
kenikmatan, dan segalanya untukmu. Demi kenikmatan-kenikmatan kecil yang
sudah diberikan pasanganmu?
Belom lagi kalo misal dia
mau berpindah keyakinan sehingga kalian bisa nikah. Udah yakin dia mau
berpindah keyakinan karena panggilan hatinya, atau dia mau berpindah
keyakinan cuma karena biar bisa nikah aja?
2. Pacaran Beda Suku/Ras/Budaya
Pacaran beda suku,
mungkin saat ini udah biasa terjadi. Sudah banyak banget
pasangan-pasangan beda suku di luar sana sudah jadi suami-istri. Tapi
ada juga loh, yang menjalani Pacaran beda suku tanpa restu. Biasanya ini
terjadi karena pihak orang tua yang masih "kaku".
Temen gue juga ada, yang
pacaran udah seiman padahal.. Tapi cuma karena mereka beda ras/suku,
orang tua mereka nggak kunjung ngasih restu. Yah, endingnya tragis
juga.. Mereka harus membunuh perasaan cinta mereka berdua, karena ego
orang tua dan budaya. Mungkin lebih tragis dari pacaran beda agama. Beda
agama, kalo dapet panggilan hati mungkin bisa pindah keyakinan. Lha
kalo beda suku/ras? Skak mat!
3. LDR
Kayak lagunya Marcell Siahaan, "Cinta memang satu.. Kota yang tak sama~~" - Perih LDR.
LDR adalah hubungan jarak
jauh yang dilakukan oleh para gerilyawan-gerilyawan asmara. Pacaran
jarak jauh itu bukan pacaran yang biasa. Di mana segala sentuhan,
perhatian, kerinduan, cuma bisa disalurkan dengan kata-kata, tanpa bisa
meraba. Sebuah pacaran yang mengkesampingkan panca indera, karena yang
terpakai cuma indera penglihatan dan pendengaran doang. Nggak bisa
nyium, megang, apalagi njilat.
Dulu gue pernah LDR selama beberapa tahun. Dan dari situ gue banyak belajar. Contoh:
- Belajar buat make Skype
- Belajar buat cebok pake kaki, biar tangannya bisa terus BBMan
- Belajar buat nggak galau waktu pacar sakit dan gue nggak bisa apa-apa
- Belajar buat menerima kenyataan bahwa pacar masih suka jalan sama mantannya di sana
- Belajar buat sering nyemprotin parfum dia di tangan kanan gue, so kalo ke mana-mana berasa selalu digandeng sama dia.
Dan yang pelajaran yang
paling berharga yang gue dapetin sih, belajar untuk tulus dan percaya.
Jarak itu seperti kaca pembesar. Kangen kita ke pacar berasa lebih besar
karena susah buat ketemu demi ngilangin efek kangen itu. Perasaan
cemburu juga terasa lebih menusuk. Setiap tau pacar lagi jalan sama
orang, pastinya rasa cemburu makin menggebu-gebu karena kita nggak tau
apa yang mereka lakuin saat jauh-jauhan gitu. Kalo lagi berantem juga
gitu, masalah kecil berasa gede juga, karena nggak kunjung diselesaikan
dengan bicara empat mata. Bicara empat mata ini sangat penting.
Mengingat mata itu nggak pernah bisa bohong. Apapun perkataan pacar,
kalo tidak didukung dengan tatapan mantap dari matanya, kita bisa dengan
sangat mudah mengetahui kebohongannya.
Dengan belajar mencintai secara tulus dan selalu percaya (bahwa Tuhan mendukung niat baik gue),
gue bisa tenang dan ngebiarin (mantan) pacar gue menikmati hidupnya
tanpa perlu gue recokin tiap hari dengan pertanyaan-pertanyaan semacam
interogasi. Dan dengan percaya bahwa Tuhan mau meminjamkan "mata"NYA,
gue pun akhirnya tau dia sudah mendua. Ya.. Selama kita percaya, Tuhan
itu selalu punya cara yang di luar nalar untuk menunjukan kuasa-NYA.
Nah, kenapa LDR butuh perjuangan lebih?
Jawabannya jelas banget.
Cinta nggak melulu soal kata. Cinta juga sangat membutuhkan pertemuan,
perhatian, sentuhan, dan menciptakan kebahagiaan. Kebahagiaan yang
nyata.. nggak cuma senyum, ciuman, pelukan yang diwakilkan oleh emoticon
saja. Jadi, sudah jelas orang yang menjalani LDR harus berjuang banget
untuk nggak sirik sama temen-temennya yang lagi pacaran secara "normal"
di lingkungannya. Dan pasangannya juga harus berjuang keras agar
pacarnya nggak pernah ngerasa kesepian dan sendirian.
Tapi buat gue, yang
paling diperluin dalam LDR sih komunikasi. Karena pacaran jarak dekat
pun nggak bakal harmonis kalo jarang berkomunikasi dengan pasangan.
Contohnya, kamu lagi ada masalah ama pacar, bukannya ngomong baik-baik
ke pacar, tapi malah curhat ke orang. Padahal belom tentu orang yang
jadi tempat curhat itu bisa ngasih solusi yang bijak buat kamu, nah kalo
niatnya malah pengen ngerebut hati kamu? Saat LDR, dan komunikasi
terhambat, biasanya ada pihak yang akan masuk dan mencoba menggantikan
kenyamanan maya yang diberikan pasangan kita, dengan memberikan
kenyamanan nyata dan akhirnya pasangan kita pun melupakan apa arti
setia.
Siap-siap aja..
4. Pacaran Dengan Sesama Jenis
Ini lebih ke masalah
kultur dan budaya ketimuran kita sih. Karena di luar negeri sana udah
banyak juga pasangan sejenis dan menikah. Di Indonesia, kebebasan
memilih pasangan ini masih jadi semacam kontroversi. Banyak pasangan
sesama jenis yang suka dicemooh dari berbagai sisi. Tapi ada juga yang
tetap teguh menjalani hubungan semacam ini, dengan menutup telinga kanan
dan kiri.
Mungkin sebagian orang,
menganggap orang yang menjalani hubungan semacam ini adalah orang-orang
gila. Tapi buat mereka yang menjalani, mungkin mereka merasa justru
mereka lah yang percaya kekuatan cinta itu nyata. Bukankah urusan cinta
emang nggak bisa dipadukan dengan logika? Saat cinta sudah bicara,
kasta, rupa, bahkan kelamin pun jadi hal yang fana..
5. Pacaran Beda Spesies
Nggak tau deh, ada apa enggak orang semacam ini. -_____-"
Udah deh ya.. Udah
kepanjangan nih post.. Lagi nggak bisa ngetik panjang-panjang, karena
sariawan.. So, buat temen-temen yang masuk ke salah satu kategori di
atas, yang tegar aja ya.. Tetap berjuang, tapi jangan sampe salah
langkah dan jatuh ke dalam jurang!! :D
Lebih
baik jadi fakir asmara, daripada jadi kafir cinta.. Ya.. Orang-orang
yang tak percaya cinta itu mampu mengatasi segala hambatan yang ada..
P.S:
Kalo ada di antara kalian yg menjalani pacaran "nyeleneh" lain yang
belom gue bahas di atas, boleh loh sharing di comment box. Terima kasih.
:)
from: www.shitlicious.com